Laman

Kumpulan askep

Wednesday, July 17, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan pada gangguan jiwa sekarang merupakan suatu pelayanan yang harus mendapatkan perhatian khusus dibidang kesehatan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akan mengakibatkan persaingan dibidang sosial dan ekonomi, sehigga dalam kehidupan memungkinkan akan terjadi ketidakmampuan sehingga akan menyebabkan prosentase penyakit jiwa meningkat.
Dalam kehidupan di masyarakat yang jelas sering terjadi masalah-masalah sehingga masyarakat yang tidak kuat mental bisa mengalami ketegangan jasmani dan rohani, sehingga dapat mengganggu kesehatan jiwa seseorang salah satunya adalah “ Gangguan ekspresi marah : Perilaku kekerasan “.
B.    TUJUAN PENULISAN
1.    Tujuan umum
Mampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan mental yang komperetensif sesuai dengan teori dan kondisi di lapangan.
2.    Tujuan Khusus
a.    Dapat mengkaji status mental yang dialami oleh penderita gangguan jiwa khususnya gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan.
b.    Dapat merencanakan intervensi yang dilakukan.
c.    Dapat melaksanakan implementasi dan mencegah masalah yang dialami penderita gangguan jiwa.
d.    Dapat mengevaluasi hasil ASKEP yang telah diberikan.
C.    METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.    Study kasus yaitu buku-buku dan bacaan yang berhubungan dengan mata kuliah keperawatan jiwa.
2.    Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada di bangsal Perkasa RSJD DR.RM Soedjarwadi Klaten
3.    Wawancara langsung dengan klien dan perawat ruangan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PERILAKU KEKERASAN
A.    Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsed Mc, 1998. Hal 62 )
Perilaku kekrasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai diri sendiri, orang lain secara fisik maupun psikologis.
( Berkowlt, 1993 )
Berdasarkan definisi diatas maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan secar fisik. ( Kahner Ebl, 1995 )
B.    Rentang Respon
Respon Adaptif                        Respon Mal Adaptif
Pernyataan     Frustasi    Pasif        Agresif        Ngamuk
a.    Respon marah yang adaptif meliputi :
1.    Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.
2.    Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b.    Respon marah yang maladaptif meliputi :
1.    Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2.    Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3.    Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
C.    Faktor predisposisi
1.    Faktor biologis
a.    Teori Dorongan Naluri ( Instintural drive Theory )
Disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat lewat.
b.    Teori Psikosomatik ( Psychomatic Theory )
Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
2.    Faktor psikologis
a.    Teori Agresi Frustasi ( Frustation Aggression theory )
Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan mendorong perilaku agresif.
b.    Teori Perilaku ( Behavorational Theory )
Kemarahan adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai bila fasilitas atau suatu yang mendukung.
3.    Faktor sosial kultural
a.    Teori lingkungan sosial ( Social Environment )
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu untuk mengekspresikan marah.
b.    Teori Belajar Sosial ( Soccial Learning Theory )
Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung imitasi dari proses sosialitas.
D.    Faktor presipitasi
Stressor :
1.    Stressor, dari luar ( serangan fisik, kehilangan, kematian )
2.    Stressor dari dalam ( putus hubungan, kehilangan rasa cinta, menurunnya prestasi kerja, rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan )
E.    Tanda dan Gejala
1.        Muka merah
2.    Pandangan tajam
3.    Otot tegang
4.    Nada suara tinggi
5.    Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak memukul jika tidak senang
F.    Faktor perilaku
1.    Menyerang atau menghindar
2.    Menyatakan dengan jelas
3.    Memberontak ( Acting out )
4.    Kekerasan, amuk ( Violence )
G.    Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan Klien dengan gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan adalah :
•    Persaingan dibidang pekerjaan atau sekolah
•    Olah raga dan permainan
•    Musik
•    Bacaan film dan drama
•    Kegiatan
•    Sublimasi, mengalihkan keinginan bawah sadar yang disadari kepada cita-cita yang lebih luhur.
H.    Pohon masalah
Akibat             Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Core problem                 Perilaku Kekerasan
Sebab                    Harga Diri Rendah
I.    Diagnosa keperawatan
3.    Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
4.    Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
LAPORAN PENDAHULUAN
A.    MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan
B.    PROSES TERJADINYA MASALAH
a.    Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsend. MC . 1998 hal 62 )
b.    Tanda dan gejala
•    Sikap tampak kaku
•    Tegang dan menunjukan usaha untuk merusak diri
•    Agresif
•    Agitasi
•    Ketidakmampuan menggunakan perasaan
•    Mengamuk
•    Peningkatan aktivitas motorik
•    Mengepal tangan
•    Perilaku merusak
•    Perusakan yang diarahkan pada benda-benda di lingkungannya
c.    Penyebab terjadinya masalah
Penyebab perilaku kekerasan adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Tanda dan gejala dari harga diri rendah adalah kurang kontak mata, menarik diri atau isolasi diri sendiri dan orang lain, hiper sensitif terhadap kritik.
d.    Akibat terjadinya masalah
Resaiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
Mekanisme : Keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri dan orang lain.
C.    POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Harga diri rendah
D.    MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.    Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS :
o    Klien mengatakan ingin memukul orang lain
o    Klien mengatakan ingin membunuh
o    Klien mengatakan benci semua orang
DO :
o    Sikap tampak kaku dan tegang
o    Agresif, agitasi
o    Mengamuk
o    Peningkatan aktivitas motorik
o    Mengepalkan tinju
o    Merusak benda disekitar
2.    Perlaku kekerasan
DS :
o    Klien mengatakan ingin memukul orang lain
o    Klien mengatakan ingin membunuh
o    Klien mengatakan benci semua orang
DO :
o    Sikap tampak kaku dan tegang
o    Agresif, agitasi
o    Mengamuk
o    Peningkatan aktivitas motorik
o    Mengepalkan tinju
o    Merusak benda disekitar
3.    Harga diri rendah
DS :
o    Klien mengatakan malu
o    Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
o    Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berharga
DO :
o    Kontak mata kurang
o    Takut gagal
o    Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang lain
o    Menarik diri atau isolasi diri
o    Hipersensitif terhadap kritikan
E.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.  Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
2.    Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan I
A.    Proses keperawatan
1.    Kondisi Klien
Bingung sering marah, gelisah, bicara kacau, kadang sampai ngamuk
2.    Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3.    Tujuan khusus
1)    Klien dapat membina hubungan saling percaya
2)    Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
4.    Rencana tindakan keperawatan
•    Beri salam atau panggil nama Klien
•    Sebutkan nama perawat sambil  jabat tangan
•    Jelaskan maksud hubungan interaksi
•    Jelaskan tentang kontrak singkat tapi sering
•    Beri rasa aman dan sikap empati
•    Lakukan kontrak singkat tapi sering
•    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
•    Bantu Klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau kesal
B.    Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan
1.    Orientasi
a.    Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak ? perkenalkan nama saya perawat Isqiyatul Amanah, saya biasa dipanggil Isqi. Nama Bapak siapa ? senang, dipanggil apa  ? baiklah. Disini saya yang akan merawat Bapak selama saya berada di sini.
b.    Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? apa ada masalah sampai Bapak begini ?
c.    Kontrak
Topik     : Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan marah Bapak ?
Tempat     : Bapa mau dimana kita bercakap-cakapnya ? bagaimana kalau di tempat itu ?
Waktu     : Mau berapa lama kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau 10 menit saja.
2.    Fase kerja
•    Coba Bapak ceritakan lagi tentang perasaan marah yang Bapak alami ?
•    Saat ini apakah Bapak juga lagi merasa jengkel ?
•    Penyebabnya ada Bapak ?
•    Apa yang membuat Bapak selalu ingin memukul orang ?
•    Apa penyebabnya ?
•    Apa sebelumnya Bapak suka memukul orang ?
•    Apa penyebabnya ?
3.    Terminasi
a.    Evaluasi
Subyektif     : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang perasaan marah yang Bapak alami ?
Obyektif    : Coba sekarang Bapak sebutkan apa saja yang menyebabkan Bapak marah ? bagus
b.    Rencana tindak lanjut
Baiklah Bapak waktu kita sudah habis nanti Bapak cerita penyebab marah yang belum Bapak ceritakan pada saya. Ya Pak.
c.    Kontrak
Topik     : Nah Bapak nanti kita akan berbicara tentang apa saja tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan.
Tempat    : Mau bicara dimana Bapak ? baiklah.
Waktu    : Lalu kira-kira jam berapa kita bisa bertemu ? baiklah, sampai nanti Bapak
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan II
A.    Proses keperawatan
1.    Kondisi Klien
Klien dapat menyebutkan penyebab marah
2.    Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3.    Tujuan khusus
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4.    Rencana tindakan keperawatan
Anjurkan Klien mengungkapkan yang dialami saat marah atau jengkel
Observasi tanda perilaku kekerasan pada sikap
Simpulkan bersama Klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami Klien
Anjurkan Klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bantu Klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan Klien apakah dengan cara yang Klien lakukan masalahnya selesai ?
4.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan Klien
4.2 Bersama Klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh Klien
B.    Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan
1. Orientasi
a.    Salam terapeutik
Selamat siang Pak ? masih ingat dengan saya ?
b.    Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? Bapak masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin ? bagus. Kemaren kita sudah berbicara tentang penyebab marah bapak
b.    Kontrak
Topik     : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan serta akibatnya.
Tempat     : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?
Waktu     : Mau berapa lama Pak ?
2.    Fase kerja
•    Apa Bapak sudah tahu tanda-tanda perilaku kekerasan ?
•    Baiklah, saya akan jelaskan terlebih dahulu, tanda-tanda kekerasan adalah ………….
•    Sudah jelas Pak ? bagus
•    Lalu apa hari ini ada yang membuat Bapak marah ?
•    Terus apa yang Bapak lakukan ?
•    Bapak coba praktikkan cara marah pada saya. Anggap saja saya orang yang membuat Bapak marah, wah bagus sekali.
•    Apakah dengan cara seperti itu ( memukul ) Bapak bisa selesai ?
•    Lalu apa Bapak tahu akibat dari perilaku yang Bapak lakukan ?
•    Betul tangan jadi sakit, merugikan orang lain, masalah tidak selesai dan akhirnya Bapak dibawa ke rumah sakit.
•    Bagaimana Bapak belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.
•    Kalau begitu, besok kita belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.
3.    Terminasi
a.    Evaluasi
Subyektif     : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang tanda-tanda perilaku kekerasan, cara marah yang biasa Bapak lakukan dan akibat dari tindakan Bapak tersebut.
Obyektif    : Nah Bapak, sekarang coba apa saja tanda-tanda dari perilaku kekerasan ? bagus. Lalu cara apa saja yang biasa Bapak lakukan saat marah ? apa itu merupakan tindakan yang bagus ? lalu apa akibatnya jika Bapak marah sampai memukul ?
b.    Rencana tindak lanjut
Baiklah, Bapak sudah banyak yang kita bicarakan, nanti coba diingat-ingat lagi tanda-tanda perilaku kekerasan. Cara yang biasa Bapak lakukan dan akibat yang timbul dari tindakan yang biasa Bapak lakukan Ya Bapak? bagus.
c.    kontrak
Topik     : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan serta akibatnya.
Tempat     : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?
Waktu     : Mau berapa lama Bapak ? bagaimana kalau 10 menit.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan III
A.  Proses keperawatan
1.    Kondisi Klien
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.
2.    Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3.    Tujuan khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan
2) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
4.    Rencana tindakan keperawatan
4.1 Tanyakan pada Klien apa ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
4.2 Beri pujian jika Klien mengetahui cara lain yang sehat.
4.3 Diskusikan dengan Klien cara lain yang sehat.
a.    Secara fisik
Tarik nafas dalam jika sedang kesal / memukul bantal, kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b.    Secara verbal
Katakan anda sedang kesal / tersinggung / jengkel ( saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya )
c.    Secara sosial
Lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen perilaku kekerasan.
d.  Secara spiritual
Anjurkan Klien sembahyang, berdo’a / ibadah lain, meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan kekerasaan / kejengkelan.
5.1 Bantu Klien memilih cara yang paling tepat untuk Klien
5.2 Bantu Klien mengidentivikasi manfaat cara yang dipilih
5.3 Bantu Klien untuk menstimulasi cara tersebut ( Role play )
5.4 Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
5.5 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah
B.  Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan
1.    Orientasi
a.    Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak? Masih ingat dengan saya ? bagus.
b.    Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? apakah ada yang membuat Bapak marah kemarin ? bagaimana dengan perasaan cara marah dan akibat marahnya Bapak masih ada tambahan ? bagus.
c.    Kontrak
Topik     : Bapak masih ingat apa yang kita latih sekarang ? betul, hari ini kita akan latihan cara marah yang sehat.
Tempat     : mau kemana kita bercakap-cakap pak? betul, disini saja seperti kemarin ?
Waktu     : Mau berapa lama Bapak ? 15 menit saja ya ?
2.    Fase kerja
•    Begini Bapak ada 4 cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari ya Pak ?
•    Cara  yang pertama latihan nafas dalam, kedua dengan mengatakan  bahwa anda sedang kesal, yang ketiga dengan memukul bantal / kasur atau olahraga misalnya jogging, lari, push up, yang keempat berdo’a.
•    Diantara 4 cara tadi Bapak mau memilih cara yang mana ?
•    Baiklah kita latihan nafas dalam, caranya seperti ini. Kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik nafas dan hidung dan keluarkan dari mulut.
•    Coba ikuti suster, tarik nafas dalam dari hidung, ya. Bagus tahan sebentar -/+ 10 detik lalu keluarkan dari mulut, oke ulang sampai 6 kali.
•    Jadi kalau Bapak lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar marah yang lama tidak terjadi.
3.    Terminasi
a.    Evaluasi
Subyektif     : Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ? ada perasaan lega ?
Obyektif    : sekarang coba Bapak ulangi apa yang sudah kita pelajari tadi ! bagus.
b.    Rencana tindak lanjut
Nah berapa kali Bapak mau latihan cara marah yang sehat yang perawat ajarkan tadi ? bagaimana kalau 3 kali ? mau kapan saja ? juga lakukan kalau ada yang membuat Bapak marah atau kesal.
c.    kontrak
Topik     : Benarkah besok saya akan coba bertemu keluarga Bapak
Tempat    : Mau dimana ? disini lagi.
Waktu    : Dimulai jam berapa ? berapa lama ? baiklah sampai besok ya Bapak ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan IV
A.    Proses Keperawatan.
1.    Kondisi klien.
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.
2.    Diagnosa keperawatan.
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.    Tujuan khusus.
Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, dosis dan efek).
4.    Rencana tindakan keperawatan.
4.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien.
4.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa seizin dokter.
4.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol ? obat, dosis obat, waktu dan cara minum).
4.4 Ajarkan Klien minta obat dan minum tepat waktu.
4.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawatan / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenengkan.
4.6 Beri pujian jika Klien minum obat dengan benar.
B.    Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan.
1.    Orientasi.
a.    Salam terapeutik.
Selamat pagi Bapak ? masih ingat dengan saya. bagus.
b.    Evaluasi / validasi.
Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? bagus.
c.     Kontrak.
Topik    : Bapak ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?
Sekarang suster akan menjelaskan pada Bapak obat-obatan yang diminum Bapak disini.
Tempat    : Bapak ingin kita bicara dimana ? disini saja
Waktu    : berapa lama kita akan mengobrol ? bagaimana kalau 10 menit
2.    Kerja.
Ini lho Pak obat-obatan yang diminum oleh Bapak yang merah orange ini namanya CPZ, yang putih kecil ini Haloperidol. Dua obat ini bergabung untuk mengendalikan emosi Bapak marah, obat ini diminum 3 x sehari.
Masing-masing 1 tablet, jangan lebih jangan kurang. Dengan minum obat ini mungkin Bapak akan mengalami perasaan ngantuk, lemas, pengin tidur terus, bibir jadi kering, itu semua adalah efek samping obat ini, jangan panik perawat akan selalu memonitor tekanan darah Bapak merasa kaku. Kaku otot / tremor, mata melihat keatas, sulit menggerakan anggota badan, banyak keluar air ludah, tolong Bapak hubungi perawat untuk mendapatkan obat penangkalnya. Kalau dokter datang ceritakan yang Bapak rasakan saat menggunakan obat-obatan ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun, jangan khawatir obat ini jika diminum sesuai peraturan. Jangan berhenti minum obat walaupun Bapak sudah sehat dan Bapak harus selalu konsultasi dengan kami. Kalau Bapak berhenti minum obat gejala-gejala seperti yang Bapak alami sekarang akan muncul lagi, sudah jelas Bapak ?
Bapak ada lima hal yang harus diingat saat Bapak minum obat, benar bahwa obat ini untuk Bapak, benar caranya, benar waktu dan benar frekuensinya, ingat ya Pak, bagus.
3.    Terminasi
a.    Evaluasi.
Subjektif    : Bagaimana Bapak sekarang sudah paham tentang obat. Obat         yang diminum Bapak selama ini ? bagus
Obyektif    : coba sekarang Bapak sebutkan jenis obat yang diminum Bapak bagus ! sekarang lima benar kalau kita minum obat apa saja Pak ? ya bagus sekali.
b.     Rencana tindakan lanjut.
Karena Bapak sudah paham tentang obat-obatan yang Bapak minum. Bapak dapat langsung minta obat jika waktu pemberian obat sudah tiba.
c.     Kontrak yang akan datang.
Berhubung disini perawat isqi cuma 2 minggu, jika nanti Bapak mengalami kesulitan Bapak bisa menghubungi suster atau perawat yang ada disini.
Mari Bapak saya perkenalkan dengan suster atau perawat yang ada disini.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian     :    14 Januari 2013
Tanggal Masuk     :    20 Desember 2012
Ruang    :    Perkasa
I.    PENGKAJIAN
A.    Identitas Klien
Nama     :    Tn. T
Umur     :    29 Tahun
Alamat    :    Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
Status Perkawinan    :    Belum Menikah
Agama     :    Islam
Suku / Bangsa    :    Jawa / Indonesia
Pendidikan     :    MI
Pekerjaan     :    Pedagang
No. CM    :    03 74 38
B.    Penganggung Jawab
Nama     :    Tn. J
Hubungan dengan Klien    :    Ayah Kandung
Alamat    :    Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
II.    KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.
III.    ALASAN MASUK
±2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah – marah, mengamuk mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit dikendalikan, memukul orang lain.
IV.    FAKTOR PREDISPOSISI
A.    Klien mengalami gangguan jiwa ± 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Solo > 20 x.
B.    Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.
C.    Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
D.    Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah di kroyok oleh teman – temannya dan kepalanya berdarah.
V.    PEMERIKSAAN FISIK
A.    Tanda – tanda vital :
    Tekanan darah     :    130/80 mmHg
    Nadi     :    88 x/menit
    Suhu    :    36,2 0C
    Pernafasan     :    26 x/menit
B.    Ukuran :
    Tinggai badan     :    172 cm
    Berat badan     :    64 Kg
C.    Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta obat, tidak ada kelainan fisik.
VI.    PSIKOSOSIAL
A.    Genogram
Ket :     :     Laki – laki
:    Perempuan
:    Klien
: Meninggal
:     Tinggal serumah
B.    Konsep Diri
    Citra tubuh     :    Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat.
    Identitas    :    Klien mengatakan anak ke 2 dari 7 bersaudara.
    Peran     :    Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai anak.
    Ideal diri    :    Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar masuk rumah sakit jiwa.
    Harga diri    :    Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu dan ayahnya, klien mengatakan malu karena belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
C.    Hubungan Sosial
    Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu.
    Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di desanya.
    Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
D.    Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar diberikan kesembuhan.
VII.    STATUS MENTAL
A.    Penampilan     :    Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.
B.    Pembicaraan     :    Klien bicara cepat, dapat dipahami.
C.    Aktivitas Motorik    :    Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.
D.    Alam Perasaan     :    Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika merenungi keadaan.
E.    Afek     :    Klien labil dan mudah marah.
Masalah Keperawatan    : Resiko perilaku kekerasan
F.    Ingteraksi Selama Wawawncara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.
G.    Persepsi     :    Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H.    Pola Pikir    :    Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.
I.    Tingkat Kesadaran    :    Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB.
J.    Memori    :    Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
K.    Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 6 MI, berhitung klien lancar, contoh 25 + 25 = 50.
L.    Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan perjalanan, klien memilih menolong orang.
M.    Daya Tilik Diri     :    Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit jiwa.
VIII.    KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
A.    Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
B.    BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari, mandiri.
C.    Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
D.    Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.
E.    Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 – 04.30 WIB.
F.    Penggunaan Obat
Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 2×5 mg, trihexiperidine 2×2 mg, resperidone 2×2 mg.
G.    Pemeliharaan Kesehatan
Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta.
H.    Kegiatan di Dalam Rumah
Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
IX.    MEKANISME KOPING
A.    Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.
B.    Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan sendiri.
C.    Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
X.    MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A.    Masalah dengan dukungan kelompok (-)
B.    Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.
C.    Masalah dengan kesehatan (-)
D.    Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.
E.    Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
XI.    ASPEK MEDIK
A.    Inj. Lodomer 1 amp IM extra
B.    Haloperidol 2×5 mg
C.    Trihexiperidine 2×2 mg
D.    Resperidone 2×2 mg
XII.    MASALAH KEPERAWATAN
A.    Perilaku Kekerasan
B.    Harga Diri Rendah
C.    Menarik Diri
D.    Koping Individu Tidak Efektif
XIII.    POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
XIV.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
A.    Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
B.    Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan.
XV.    ANALISA DATA
No    Data    Etiologi    Problem
1.    Ds :
-    Klien malu dengan teman.
-    Klien mengatakan belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
-    Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.
Do :
-    Klien tampak malu saat berbicara.    Koping Individu Tidak Efektif    Harga Diri Rendah
2.    Ds :
-    Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.
Do :
-    Klien tampak marah, nada bicara tinggi.    Harga Diri Rendah    Perilaku Kekerasan
3.    Ds :
-    Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.
Do : -    Perilaku Kekerasan    Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.
XVI.    RENCANA KEPERAWATAN
Tgl.    Dx. Keperawatan    Tujuan    Kriteria Hasil    Intervensi
16-01-13    Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah    TUM :
Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
TUK :
1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya.     •    Klien mau membalas salam.
•    Klien mau menjabat tangan.
•    Klien mau menyebutkan nama.
•    Klien mau tersenyum.
•    Klien mau kontak mata.
•    Klien mau mengetahui nama perawat.    •    Beri salam/panggil nama
•    Sebutkan nama perawat
•    Jelaskan maksud hubungan interaksi
•    Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat
•    Beri rasa aman dan sikap empati
•    Lakukan kontak singkat tapi sering
2.    Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.    •    Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
•    Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain).    •    Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
•    Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
3.    Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.    •    Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.
•    Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan.    •    Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel
•    Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
•    Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami
4.    Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.    •    Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
•    Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
•    Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.    •    Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)
•    Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien
•    Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
5.    Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.    •    Klien dapat menyelesaikan akibat dari cara yang digunakan klien :
-    Akibat pada klien sendiri
-    Akibat pada orang lain
-    Akibat pada lingkungan    •    Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien
•    Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien
•    Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
XVII.    TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl    Dx. Kep.    SP    Implementasi    Evaluasi
16-01-13    1    SP 1    •    Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :
-    Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
-    Memperkenalkan diri dengan sopan
-    Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
-    Menjelaskan tujuan pertemuan
-    Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
•    Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
•    Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
•    Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan
•    Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan
•    Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)
•    Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan    S :
•    Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap,  senang di panggil T
•    Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya
•    Klien mengatakan mengamuk jika sedang marah
O :
•    Klien mau berjabat tangan
•    Klien menjawab pertanyaan dengan terarah
•    Klien tenang dan ada kontak mata
A : SP 1 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 2
Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalam
SP 2    •    Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan berdo’a
•    Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan    S :Klien mengatakan sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholat
O : -
A : SP 2 tidak tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoa
SP 3    •    Melatih klien minum obat dengan teratur
•    Menganjurkan klien memasukkan dalam  jadwal kegiatan harian    S :Klien mengatakan minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)
O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat
A :SP 3 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien minum obat secara teratur
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1.    Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2.    Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain
3.    Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.
4.    Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5.    Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :
1.    Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2.    Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
3.    Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.
4.    Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5.    Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
Untuk di Rumah Sakit :
1.    Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2.    Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa :
1.    Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2.    Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.          Jakarta : FKUI
Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku Kedokteran,EGC, Jakarta

Asuhan Keperawatan AMI (Acute Myocardial Infarction)


Asuhan Keperawatan AMI (Acute Myocardial Infarction)

Asuhan Keperawatan AMI (Acute Myocardial Infarction)


Pengkajian

A. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airways
  • Sumbatan atau penumpukan secret
  • Wheezing atau krekles
2. Breathing
  • Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
  • RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
  • Ronchi, krekles
  • Ekspansi dada tidak penuh
  • Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
  • Nadi lemah , tidak teratur
  • Takikardi
  • TD meningkat / menurun
  • Edema
  • Gelisah
  • Akral dingin
  • Kulit pucat, sianosis
  • Output urine menurun

B. PENGKAJIAN SEKUNDER.

1. Aktifitas
Gejala :
  • Kelemahan
  • Kelelahan
  • Tidak dapat tidur
  • Pola hidup menetap
  • Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
  • Takikardi
  • Dispnea pada istirahat atau aaktifitas

2. Sirkulasi
Gejala :
  • Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,diabetes mellitus.
Tanda :
  • Tekanan darah :
    Dapat normal atau naik atau turun
    Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
  • Nadi :
    Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
  • Bunyi jantung
    Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
  • Murmur
    Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
  • Friksi ; dicurigai Perikarditis
  • Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
  • Edema
    Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
  • Warna
    Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala :
menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga

Tanda :
menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri

4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5.Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar

Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan

6. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )

Tanda : perubahan mental, kelemahan

8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
  • Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
  • Lokasi :
    Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
  • Kualitas :
    “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat .
  • Intensitas :
    Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
  • Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia

9. Pernafasan:
Gejala :
  • dispnea tanpa atau dengan kerja
  • dispnea nocturnal
  • batuk dengan atau tanpa produksi sputum
  • riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
  • peningkatan frekuensi pernafasan
  • nafas sesak / kuat
  • pucat, sianosis
  • bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interkasi social
Gejala :
  • Stress
  • Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
  • Kesulitan istirahat dengan tenang
  • Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
  • Menarik diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
  • nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
  • wajah meringis
  • gelisah
  • delirium
  • perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
  • Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
  • ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
  • tidak gelisah
  • nadi 60-100 x / menit,
  • TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
  • Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
  • Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
  • Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
  • Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
  • Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
  • Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.

2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
  • Tidak ada edema
  • Tidak ada disritmia
  • Haluaran urin normal
  • TTV dalam batas normal
Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring selama fase akut
  • Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
  • Monitor haluaran urin
  • Kaji dan pantau TTV tiap jam
  • Kaji dan pantau EKG tiap hari
  • Berikan oksigen sesuai kebutuhan
  • Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
  • Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
  • Berikan makanan sesuai diitnya
  • Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
  • Daerah perifer dingin
  • EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
  • RR lebih dari 24 x/ menit
  • Kapiler refill Lebih dari 3 detik
  • Nyeri dada
  • Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )


DAFTAR PUSTAKA

1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
9. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
10. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
11. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
12. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

KOMPREHENSIF PADA NY “ B ” P1001 Ab100
POST PARTUM NORMAL HARI KE-1

LANDASAN  TEORI
2.1 Definisi
Masa nifas ( puerpurium ) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Sarwono Prawirohardjo,2008, hal 122). Menurut Cuningham tahun 2006 yang dimaksud dengan masa nifas adalah periode selama dan tepat setelah kelahiran. Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir selama kira-kira 6 minggu ( sarwono Prawirohardjo,2006, hal 237 ).
2.2 Perode Masa Nifas
a    Puerpurium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
b   Puerpurium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c    Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu bersalin mempunyai komplikasi.
2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a         Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b        Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalh, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c         Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatn diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya  dan perawatan bayi sehat
d        Memberikan pelayanan keluarga berencana
2.4 Perubahan-perubahan Fisiologis
a         Involusi uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi involusi sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Proses involusi uterus :
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Sepusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba diatas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal

1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Involusi disebabkan oleh proses autolusis, yakni zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang dengan air kencing.
b        Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan,tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini mengecil. Pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Pada permulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.
c         Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kalium uteri dan vagina dalam masa nifas.
·         Lochea Rubra              
: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
·         Lochea Sanguinolenta  
: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke-7 pasca persalinan.
·         Lochea Serosa              
: berwarna kuning, cairan tidak bertambah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
·         Lochea Alba                
: cairan putih selama 2 minggu
d        Perubahan pada pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
e         Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh dua jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, karena Hyparplasi dan karena retraksi dari Serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang normal. Pada minggu ke-3 post partus rugea mulai nampak kembali.
f         Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
g        Saluran kencing
Kandung kencing dalam puerpurium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi, kandung kemih akan normal dalam waktu 2 minggu.
h        Laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi yang terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobulli yang terdiri dari pula dari acini, acini inilah yang menghasilkan air susu. Ductus lactiferosus akan memusat dan menuju keputing susu dimana masing-masing bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam lemah. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan progesteon merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon ini mengeram LTH ( prolactin ). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus posterior hypofise mengeluarkan oksitosin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke Hypofise dan menghasilkan oksitosin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada kira-kira hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalu areola mammae dipijat, kleuarlah cairan putih dari puting susu. Air susu dapat juga mengandung zat immun misalnya difteri anti toksin dan thyphus aglutinin.
2.5 Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Frekuensi kunjungan masa nifas :
a.       6-8 jam setelah persalinan
o   Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri
o   Mencegah dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut
o   Memberikan konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
o   Pemberian ASI awal
o   Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
o   Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermi
b.      6 hari setelah persalinan
o   Memastikan involusi uterus berjalan normal yakni uterus berkontraksi, dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
o   Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
o   Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
o   Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
c.       2 minggu setelah persalinan
o   Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan )
d.      6 minggu setelah persalinan
o   Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami
o   Memberikan konseling untuk ibu secara dini.
2.6  Perawatan Pasca Persalinan / Masa Nifas

a.       Mobalisasi / Early ambulation
Yang dimaksud dengan early ambulation adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin embimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjala. Penderita sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-28 jam Post partum. Keuntungan dari Early ambulation ialah :
Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat denga early ambulation
Faal usus dan kandung kencing lebih baik
Early ambulation memungkinkan kita mengajari ibu memelihara anaknya, memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll selama masih di Rumah sakit
Lebih sesuai dengan keadaan indonesia ( sosial ekonomi )\
Early ambulation tentu tidak dibenrakan pada penderita denga penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dll.
b.      Diet
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat mempengaruhi susunan air susu.
c.       Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi.
d.      Miksi
Tiap penderita disuruh kencing 6 jam post partum. Kalau dalam 8 jam post partum belum dapat kencing atau sekali kencing belum melebihi 100 cc maka dilakukan kateterisasi. Sebagai sebab-sebab retensio urine post partum dapat menyebabkan :

  • Tekanan intra abdominal berkurang
  • Otot-otot perut masih lemah
  • Odema dari urethra
  • Dinding kandung kencing kurang sensitif.

e.       Defekasi
Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi Clysma air sabun atau glycerine.

f.       Puting susu
Puting susu harus dioerhatikan kebersihannya dan adanya luka pecah harus segera diobati, karena kerusakan puting susu merupakan parte d’entree dan dapat menimbulkan mastitis.
g.      Datangnya haid kembali
Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haidnya datang lebih cepat dari ibu yang menyusukan anaknya. Pada ibu golongan pertama biasnay haid datang 8 minggu setelah persalinan. Pada ibu golingan kedua haid seringkali tidak datng selama ia menyusukan anaknya, tetapi kebanyakan haid lagi pada bulan ke-4. Amenorhea waktu laktasi disebabkan karena terhalangnya ovulasi, mungkin karena horon LTH.
h.      Lamanya perawatan di Rumah sakit
Pada umumnya ibu-ibu dengan persalinan biasa tidak lama tinggal di rumah sakit, kira-kira 3-5 hari.
i.        Follow Up
Enam minggu setelah persalinan ibu hendaknya memeriksakan diri kembali. Keadaan umum.tens,air kencing, keadaan dinding perut dan buah dada diperiksa dan kemudian dilakukan pemeriksaan dalam yang teliti.
j.        Keluarga berencana ( post partum program )
Masa post partum merupakan saat yang paling baik untuk menawrkan kontrasepsi, oleh karena pada saat ini motivasi paling tinggi adalah pil. Oleh karena pil dapat mempengaruhi sekresi air susu, biasnay ditawarkan IUD, injectable tau sterilisasi.
k.      Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dikahamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae.

2.7 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a.       Nutrisi dan cairan
Diet yang baik juga memepertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi mulai reproduksi diet
b.      Kebersihan diri dan Vulva Hygine
Ibu nifas harus bisa menjaga alat genetalia terutama apabila terjadi laserasi pada perineum. Ibu nifas rentan terhadap infeksi dehingga ibu perlu mengalami atau mengetahui bagaimana cara membersihkan alat kelaminnya yaitu dengan menggunakan sabun, membasahi dari arah muka kebelakang sampai anus dan dibila.
c.       Personal Hygine
Selama perawatan alat kelamin, dianjurkan ibu mandi 2x sehari.

d.      Istirahat
Anjurkan ibu untuk membatasi aktivitas yang berlebihan, dan anjurkan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga.
e.       Seksual
Secara fisik aman untuk mulai coitus begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
2.8    Diagnosa
Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh  termasuk keadaan psikologis normal.
Ø  Keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas.
Ø  Adanya penyulit atau masalah ibu yang memerlukan rujukan seperti abses payudara.

Pengkajian Asuhan Keperawatan (Askep) Keluarga


Muslimedica - Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.

Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
  1. Wawancara keluarga
  2. Observasi fasilitas rumah
  3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
  4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dsb
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
Data Umum
  1. Nama kepala keluarga (KK)
  2. Alamat dan telepon
  3. Pekerjaan kepala keluarga
  4. Pendidikan kepala keluarga
  5. Komposisi keluarga dan genogram
  6. Tipe keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
  7. Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
  8. Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
  9. Status sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
  10. Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
  1. Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
  2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
  3. Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
  4. Riwayat keluarga sebelumnya. Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
Pengkajian Lingkungan
  1. Karakteristik rumah. Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
  2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW. Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
  3. Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
  4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
  5. Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
Struktur Keluarga
  1. Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
  2. Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
  3. Struktur peran. Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
  4. Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

Fungsi Keluarga
  1. Fungsi afektif. Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
  2. Fungsi sosialisasi. Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
  3. Fungsi perawatan kesehatan. Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu : keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan tarhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji diantaranya:
  1. Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
  2. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
  3. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
  4. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
  5. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
  6. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
  7. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
  8. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji antara lain:
  1. Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/penyakit.
  2. Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
  3. Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
  4. Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan
  5. Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga
  6. Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan dimasa mendatang.
  7. Apakah keluarga mempunyai upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
  8. Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
  9. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi).
  10. Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
Fungsi reproduksi:
  1. Berapa jumlah anak
  2. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
  3. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
Fungsi ekonomi:
  1. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
  2. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
  1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
  2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
  1. Strategi koping yang digunakan. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
  2. Strategi adaptasi fungsional
  3. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.