Laman

Kumpulan askep

Thursday, July 18, 2013

ASKEP HALUSINASI PENDENGARAN


        Pengkajian

1. Pengumpulan data
Identitas klien
Nama : Nn. (S)
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kupang Krajan Gg. I /41-A Surabaya
Suku /bangsa : Jawa / Indonesia
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Status perkawinan : Belum kawin
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : Kelas IV SD
Ruang rawat : Ruang E
Rekam Medik : 00-08.97
Tanggal masuk : 19 Maret 2001
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2001
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama
Klien mengatakan sedang berbicara dengan teman laki-lakinya yang telah meninggal.
Analisa keluhan utama
Menurut ibu angkat klien yang merupakan kakak klien perempuan yang nomor tiga, saat sakitnya kambuh dirumah klien sering bicara dan tertawa sendiri sambil tiduran atau duduk menyendiri, kadang-kadang klien tampak sedih dan tiba-tiba menangis bila ditanya ada apa klien tidak menjawab hanya diam saja. Klien juga suka mengganggu tetangganya dan orang lain yang lewat didepannya sambil marah-marah dan terkadang berusaha untuk memegang orang tersebut. Klien di rumah juga sering merusak dengan melempari barang-barang dirumah. Hal ini berlangsung selama 5 hari sebelum klien masuk rumah sakit. Saat klien sendiri ditanya mengapa ia disini, klien menjawab bahwa klien tidak tahu mengapa klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dn klien hanya tahu bahwa ia disini menurut penjelasan ibu klien kepada klien adalah karena klien sakit dan marah-marah, lalu klien menangis dan mengatakan bahwa ia ingin pulang saja dan tak ingin disini. Menurut ibu klien, klien kambuh setelah tidak lagi mau minum obat.
Riwayat penyakit dahulu
Menurut ibu klien, klien sudah yang ke-12 kali ini dirawat di RSJ. Menur, klien mengalami gangguan jiwa seperti sekarang ini sejak usia 15 tahun, semenjak ayah kandung klien meninggal, lalu 1 bulan kemudian klien terlihat sering ngomong sendiri dan tertawa sendiri terkadang disertai marah-marah sambil melempar barang-barang yang ada dirumah dan tiba-tiba klien diam menyendiri sambil menangis. Kemudian kakak klien yang nomor III (ibu angkat) memeriksakan klien ke RSJ. Menur dan sampai disana klien harus rawat inap. Setelah 3 minggu klien pulang dari RSJ dan tetap kontrol tiap minggunya. Setelah dirumah dan bila sudah merasa baikan klien selalu menolak untuk minum obat meski sudah dipaksa sehingga penyakitnya kambuh lagi dan masuk rumah sakit lagi, begitu seterusnya sampai klien masuk rumah sakit sebanyak 12 kali.
Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien, menurut ibu klien ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa seperti klien, yaitu adik perempuan kakek klien yang nomor 7 tetapi sudah meninggal dan kakak kandung klien laki-laki nomor 1 tetapi juga sudah meninggal. Klien adalah anak nomor 8 dari 9 bersaudara, saat ini klien tinggal bersama kakak klien yang nomor 3 yang dianggap klien sebagai ibu angkat klien, karena sejak kecil klien berpisah dengan ibu kandungnya yang saat ini tetap tinggal di Nganjuk tempat tinggal asal klien.
Interaksi klien dengan keluarganya cukup baik menurut ibu angkat klien, klien sudah dianggap seperti anak sendiri, apalagi orang tua angkat klien tidak mempunyai anak kandung.
Genogram;
Keterangan :
: laki – laki

: klien

: adik kakek klien yang nomor 3 yang menderita gangguan jiwa

: meninggal dunia

: tinggal serumah dengan klien

: Perempuan

: kawin

: saudara laki-laki klien yang menderita skizofrenia hebefrenik

: tinggal serumah dengan klien



Text Box:
Pola-pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menurut ibu klien sebelum sakit, klien kadang-kadang merokok, tidak menggunakan obat-obat terlarang kecuali dari rumah sakit. Klien juga tidak pernah olahraga.
Setelah sakit dan masuk rumah sakit, klien kadang-kadang mengikuti terapi olahraga selama + 2 jam, tetapi sebelum acara terapi selesai, bila merasa lelah klien istirahat dan duduk-duduk, klien tidak Pola nutrisi dan metabolisme
Menurut keterangan ibu klien, sebelum sakit klien makan teratur 3 kali sehari nasi putih, lauk pauk seadanya, minum air putih 5 – 6 gelas sehari, tidak ada kesulitan makan, klien tidak pernah merasa mual dan muntah, BB : 68 kg, TB : 156 cm.
Setelah sakit, klien mau makan meskipun sebelumnya harus dibujuk dulu dan makan selalu habis terutama bila ada yang menemani sewaktu makan baik oleh perawat atau klien lain. Menu nasi putih, lauk pauk (daging, tahu, tempe, telur), sayuran dan buah-buahan (pisang atau pepaya). Pukul 10.00 klien mandapat snack berupa kacang ijo, roti atau kolak pisang, klien makan sendiri tanpa disuapi, makanan disiapkan oleh petugas, tidak ada keluhan mual, kesulitan menelan dan muntah. Setelah makan klien tidak mau mencuci alat makannya sendiri.
Pola eliminasi
Sebelum sakit menurut ibu klien, klien buang air besar 2 hari sekali. Buang air kecil 4 – 5 kali sehari, tidak ada kesulitan buang air besar dan buang air kecil klien selalu membersihkan tempat ia buang air dan tubuhnya. Klien juga tidak pernah ngompol.
Saat sakit klien buang air besar dan buang air kecil sendiri tanpa bantuan perawat atau orang lain. Klien selalu membersihkan tempat ia buang air dan tubuhnya. Frekuensi buang air besar 2 hari sekali dan tidak ada kesulitan buang air besar. Begitu juga saat buang air kecil 5-6 kali sehari tanpa kesulitan.
Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit, klien menyatakan pernah bekerja di pabrik tapi itu sudah 3 tahun yang lalu, setelah tidak bekerja lagi ia dirumah membantu ibunya bersih-bersih rumah, kadang-kadang ia juga bermain-main dengan keponakannya.
Saat sakit klien mau bila disuruh perawat atau petugas lain untuk bersih-bersih tapi klien lebih suka disuruh membersihkan kaca atau merapikan tempat tidurnya klien juga mau bila diajak terapi olahraga, meskipun ditempat terapi klien hanya duduk-duduk saja, diwaktu senggangnya klien lebih suka tiduran, duduk menyendiri di depan ruangan.
Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit menurut penjelasan ibu klien biasanya pukul 20.00 – 06.00, tidur siang kadang-kadang. Klien tidak pernah terbangun atau jalan-jalan sambil tidur di malam hari.
Saat sakit, menurut perawat ruangan klien tidur mulai pukul 20.00 – 06.00, saat belum tidur tapi sudah tiduran di tempat tidur dan sudah mengatakan bahwa ia mengantuk klien masih saja bicara dan tertawa sendiri, itu juga terjadi saat klien akan tidur siang. Hal tersebut berlangsung + 15 –20 menit setelah itu klien tertidur.
Pola konsep diri.
Sebelum sakit, menurut ibunya klien menyadari bahwa dirinya sebagai anak dalam keluarga tersebut, jadi klien mau bila disuruh membantu ibunya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Tetangga dan anggota keluarga yang lain memperlakukan klien dengan baik meskipun klien berperilaku kadang-kadang seperti anak kecil.
Saat sakit menurut klien meskipun ia gemuk ia tidak merasa malu, harapan klien saat ini adalah bahwa dia ingin segera pulang karena ia kangen ibunya. Klien hanya mau bila disuruh untuk membantu merapikan tempat tidurnya dan membersihkan kaca karena menurut klien bila dirumah ia sering melakukan pekerjaan tersebut.
Pola sensori
Saat sakit, daya penciuman klien baik, ini dibuktikan klien menyatakan bahwa bau bunga melati harum saat ia sedang memetik bunga tersebut. Daya pendengaran juga baik, daya rasa baik karena klien bisa menyatakan bila masakannya asin atau tidak ada rasanya (hambar). Daya raba, klien merasa kesakitan saat dicubit. Daya penglihatan tidak baik karena klien manyatakan tidak begitu jelas bila melihat wajah orang lain dari jarak jauh.
Pola reproduksi seksual
Klien sadar sebagai perempuan, klien masih mau berdandan meskipun kurang baik cara berdandannya misalnya mau memakai lipstik meski blepotan. Menurut ibu klien, klien menstruasi umur 14 tahun dan klien belum menikah.
Pola hubungan sosial
Sebelum sakit, klien lebih senang berteman dan bermain dengan anak kecil. Klien orangnya memang pendiam apalagi terhadap orang yang belum pernah dikenal. Klien di rumah lebih dekat ibunya dan bila punya keinginan lebih suka disampaikan kepada ibunya. Saat ditanya siapa orang yang paling klien sayangi, klien menjawab “Ibu”.
Saat sakit, klien jarang berbicara atau berkumpul dan berbincang-bincang dengan perawat dan klien lain. Bila tidak diajak bicara dulu, klien cenderung diam dan menyendiri, bila diajak bicara atau ditanya klien mau menjawab dengan jawaban singkat dan kembali diam. Bila telah menjawab pertanyaan tersebut klien tidak pernah melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya. Bila diajak terapi olahraga klien menolak dengan menggelengkan kepala.
Pola penanggulangan stress
Sebelum sakit, klien selalu mengadu kepada ibunya bila ia sehabis bertengkar atau bila diolok-olok orang lain atau temannya, klien mengadu sambil menangis. Tetapi bila sudah dinasehati dan dijelaskan klien berhenti menangis dan kembali bermain-main.
Saat sakit, bila klien tiba-tiba menangis dan ditanya penulis mengapa klien menangis, klien menjawab tidak tahu sambil menggelengkan kepalanya.
Pola kepercayaan beragama
Berdasarkan penuturan ibu dan klien sendiri sebelum sakit, klien masih sering mengikuti pengajian dan shalat berjamaah di masjid.
Saat sakit, bila waktunya shalat klien selalu ingat dan selalu bertanya apakah sudah tiba waktunya shalat, lalu klien berwudhu dan memakai mukena, lalu shalat dengan jumlah raka’at yang tidak tentu serta biasanya sebelum shalat selesai klien sudah membuka mukenanya lalu mengakhiri shalatnya.
Status mental
Penampilan
Penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, tidak pernah disisir, mandi satu kali dalam 2 hari ini tanpa sabun, setelah mandi klien selalu terbalik cara memakai bajunya, bagian depan selalu dibelakang.
Pembicaraan
Klien pendiam dan tidak pernah bicara bila tidak diajak bicara dahulu, suara pelan dan lambat bicaranya. Bila ditanya tidak langsung menjawab, diam dulu setelah beberapa saat baru menjawab dengan jawaban yang singkat. Klien juga sering tidak mau untuk menjawab pertanyaan dengan menggelengkan kepala.
Aktivitas motorik
Gerak tubuh klien lambat dan tampak lesu. Bila diajak untuk membantu bersih-bersih klien bersedia membantu tetapi bila ia hanya ingin merapikan tempat tidur maka klien tidak mau membantu pekerjaan yang lain dan sebelum tugas selesai klien biasanya duduk-duduk dan bila ditanya mengapa berhenti, dia menjawab karena ia sudah merasa lelah.
Alam perasaan
Klien terlihat sedih dan terkadang ketakutan dan tiba-tiba menangis. Bila ditanya mengapa, ia cuma diam sambil menggelengkan kepalanya.
Afek
Emosi klien labil, tanpa ada sebab tiba-tiba klien menangis dan tampak sedih lalu diam sambil menundukkan kepala.
Interaksi selama wawancara
Klien tidak pernah melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya, klien lebih senang menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jarinya selama diajak berbicara, klien tampak malu bila diajak bicara.
Persepsi
Klien bicara dan tertawa sendiri sambil memainkan tangannya seolah-olah sedang menerangkan sesuatu, bila ditanya dengan siapa ia berbicara, klien menjawab bahwa ia bicara dengan teman laki-lakinya yang sudah meninggal. Bila ditanya siapa nama temannya itu dia menjawab tidak tahu, klien hanya mengatakan bahwa temannya itu adalah teman lamanya, saat ditanya apa yang sedang dibicarakan klien menjawab bahwa temannya tersebut menceritakan sesuatu yang lucu dan cerita tersebut tidak boleh diceritakan kepada siapa-siapa (halusinasi dengar).
Proses pikir
Arus pikiran
Klien bila akan menjawab pertanyaan terdiam dulu, seolah-olah sedang merenung lalu mulai menjawab, jawaban belum selesai diutarakan klien diam lagi lalu meneruskan jawabannya dengan singkat (blocking).
Bentuk pikiran
Klien lebih sering diam dan larut dalam halusinasinya dengan menyendiri dan bicara serta tertawa sendiri (otistik).
Isi pikiran
Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. Saat diajak untuk duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan klien yang lain, klien menolak dengan menggelengkan kepala (isolasi sosial).
Tingkat kesadaran
Orientasi tempat, waktu dan orang jelas saat ditanya dimana klien sekaramg, sekarang siang atau malam dan menyebutkan siapa nama orang yang ditunjuk oleh penanya apalagi orang yang dimaksud sudah pernah dikenal klien cukup lama misal : ayah dan ibu klien, klien dapat menjawab dengan benar.
Memori
Klien dapat mengingat dengan baik siapa nama ibu kandungnya, kapan pertama kali ia disini, meskipun untuk menjawabnya klien terdiam dulu setelah ditanya seolah-olah sedang berusaha mengingat-ingat baru manjawab. Tapi ingatan jangka pendek klien jelek, karena klien tidak bisa menjawab siapa nama penulis meskipun baru saja berkenalan dan berkali-kali diberitahu nama penulis.
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung 1-10 dan mampu menjawab soal-soal penjumlahan sederhana meskipun menghitungnya dalam waktu yang lama dan terkadang jawabannya salah tapi klien mampu menjawab ulang dengan jawaban yang benar.
Kemampuan penilaian
Saat tiba waktunya makan, bila sebelumnya klien belum mandi, jika disuruh memilih mandi dulu baru makan atau makan (sarapan) dulu mandinya nanti saja, klien memilih mandi dahulu tanpa perawat menjelaskan pilihan mana yang harus dipilih dulu.
Daya tilik diri
Saat ditanya mengapa klien disini, klien menjawab bahwa ia disini karena ia sakit jiwanya. “Apa mbak merasa bahwa mbak sakit dan pernah marah-marah ?”, klien menjawab “Tidak tahu, tapi kata ibu saya, saya sakit jiwa dan saya katanya dibawa kesini biar sembuh”. Klien tidak mengingkari penyakitnya.

No comments:

Post a Comment

komentar